Kamis, 03 November 2011

Maafkan aku wahai puisi ...

Aku berlari di saksikan waktu
Di tengah siang mencekam
Di tengah gelapnya malam
Di saat hati_ku meradang
Namun aku terus berlari
Walaupun kesunyian menerpa hari_hari_ku

Wahai sang saksi siang
Cekamlah diriku dengan panas tajammu
Sudutkanlah diriku diujung panasmu yang membakar
Hanguskanlah asaku yang tak kenal kata sopan
Dan tertawalah diriku di atas kanvas_ku yang hina ini

Wahai sang saksi malam
Campakkanlah sanjungan dahuluku yang berbau manis terhadapmu
Pojokkanlah pujian diriku di sudut kelammu
Dan gelapkanlah kata_kataku yang tak pantas lagi untukmu

Kumohon ... dan kumohon
Sungguh tak tertembus kebodohan pikiranku
yang telah membuat kata_kata tak berarti yang di baca mati
Kuburkanlah segala kebahagiaanku kepalung dalam menanti
Hukumlah diriku lalu patahkanlah
setiap jari_jemari_ku yang menari

Relaku...terwujud tawa menanti…
mencekam dan kelam kutadah di hati
Usah kau pusingkan diriku yang hanya mencari simpati

Duhai Siang dan Malam
kini yang kurasakan hanyalah menjadi pecundang sejati

Aku bersimpuh padamu
Wahai saksi Siang dan Malam .
Akulah yang bodoh mengakui
Aku yang telah membuat Senyumnya menghilang

Wahai Saksi Siang dan Malam
Siksalah kata_kata ini
Maafkan aku wahai puisi ...

Maaf.